Rabu, 31 Oktober 2012

Terpenoid


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA TERPENOID YANG AKTIF ANTIBAKTERI PADA HERBA MENIRAN
Ekstraksi
 Dua cara yaitu :
1.      Sokletasi
Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran disokletasi dengan 5 L pelarut n – heksana. Ekstrak  n -heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.
2.      Maserasi
Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n – heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri.


Uji aktivitas antibakteri
Ekstrak n-heksanaa diuji aktivitasnya terhadap bakteri Eschericia colidan Staphyloccocus aureus dengan tahap– tahap sebagai berikut :

1.      Diambil sebanyak satu koloni biakan bakteri Eschericia coli dengan menggunkan jarum ose yang  dilakukan secara aseptis.
2.      Dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 2 mL Mueller-Hinton broth kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC .
3.      Suspensi bakteri homogen yang telah diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Mueller Hinton agar, secara merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril.
4.      Kemudian ditempelkan disk yang berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya
(n-heksana) yang digunakan sebagai kontrol.
5.      Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC
6.      Dilakukan pengukuran daya hambat zat terhadap bakteri.7.
7.      Untuk biakan bakteri Staphyloccocus aureus dilakukan dengan cara yang sama sepertibiakan bakteri Eschericia coli, namun suhunya berbeda yaitu pada suhu 37ºC.

Ekstrak yang positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dipisahkan mengunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak kloroform : metanol (3:7).Fraksi-fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom diuji fitokimia dan uji aktivitas antibakteri. Fraksi yang positif terpenoid dan paling aktif antibakteri dilanjutkan ke tahap

1.pemurnian menggunakan kromatograi lapis tipis.
2.Isolat yang relatif murni selanjutnya diidentifikasi menggunakan kromatogafi gas–spektroskopi massa





HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil ekstraksi dengan cara sokletasi dan maserasi menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana pada kedua cara tersebut positif mengandung senyawa terpenoid. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna ungu setelah ekstrak n-heksana direaksikan dengan Pereaksi Lieberman Burchard. Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi memberikan daya hambat yang lebih besar dibandingkan ekstrak n-heksana hasil maserasi.Terhadap ekstrak n-heksana hasil sokletasi dipisahkan mengunakan kromatografi kolom menghasilkan tiga buah fraksi yang dipaparkan pada Tabel 1

no
fraksi
Jumlah noda
Rf
Warna ekstrak
1
A (1-27)
1
0,725
Kuning
2
B(28-33)
2
0,690 dan 0,600
Kuning muda
3
C (34-)
1
0,580
kuning

Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa fraksi A dan fraksi C positif terpenoid yaitumemberikan warna merah muda (positif diterpenoid) pada fraksi A dan warna ungu muda(positif triterpenoid) pada fraksi C setelah direaksikan dengan pereksi Lieberman-Burchard.

Nama fraksi
Warna larutansebelum direaksikandengan pereaksiLieberman-Burchard
Warna larutansesudah direaksikandengan pereaksiLieberman- Burchard
Keterangan
Fraksi A
Kuning muda
Merah muda
Positif terpenoid (diterpenoid)
Fraksi B
Kuning muda
Hijau kebiruan
Negatif terpenoid (steroid)
Fraksi C
Kuning
Ungu muda
Positif terpenoid (triterpenoid)


Reagen Lieberman Burchard ini biasa digunakan untuk mengidentifikasi secarakualitatif suatu kolesterol. Biasanya reagen Lieberman Burchard digunakan dengan caramenyemprotkan larutannya pada kolesterol yang sudah di-kromatografi-kan (TLC). Apabilamengandung Triterpenoid, maka akan memberikan warna merah sedangkan apabila mengandung Steroid, akan memberikan warna biru dan hijau. Reagen Lieberman Burchard dibuat dari Asam sulfat pekat (10 mL) dan Anhidrida Asetat (10 mL). Metanol dan Etanol dapat digunakan untuk melarutkan sampel yang akan diidentifikasi.

4 komentar:

  1. pada artikel di atas dijelaskan Maserasi
    Seberat 1000 g serbuk kering herba meniran dimaserasi menggunakan pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan lalu dihidrolisis dalam 100 mL HCl 4 M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL n – heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.

    mengapa harus dilakukan penyabunan pada ekstrak n-heksana dan apa pengaruh penyabunan tersebut??

    BalasHapus
  2. Reaksi penyabunan ialah jumlah alkali (basa) yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah kandungan yang terdapat pada ekstrak. Basa yang digunakan ini adalah dapat KOH atau NaOH. Lalu dipanaskan larutan tersebut hingga tercampur semua. Dengan menggunakan metanol sekian % karena sebagai pelarut dimana terdiri dari komposisi metanol dan air , agar KOH dapat larut dengan baik dengan metanol tersebut. KOH sendiri bersifat higroskopis sehingga dapat mengikat kandungan air dan metanol tersebut.

    BalasHapus
  3. Pada proses penyabunaan tersebut menggunakan KOH, karena KOH di sini memiliki sifat basa kuat yang dapat menghasilkan ekstrat yang nantinya dapat diidentifikasi lagi.
    Reaksi penyabunan ialah jumlah alkali (basa) yang dibutuhkan untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Basa ini adalah dapat NaOH atau KOH. Lalu dipanaskan larutan tersebut hingga tercampur semua.Jadi, dengan adanya penyabunaan ini ekstrat yang terkandung terdapat minyak yang akan terangkat.

    BalasHapus
  4. Minyak atau lemak mengandung komponen yang tersabunkan (saponififiable matter) dan komponen tidak tersabunkan (unsaponifiable matter). Komponen yang tersabunkan akan bereaksi dengan basa alkali membentuk sabun. Komponen yang tidak tersabunkan tidak bereaksi dengan basa alkali dan termasuk kelompok lipid nongliseridik antara lain: sterol, vitamin yang larut dalam lemak dan antioksidan alami (Ketaren, 1986).

    Penetapan komponen tidak tersabunkan dilakukan berdasarkan prinsip like dissolve like. Senyawa nonpolar akan tertarik pada pelarut nonpolar dan sebaliknya, senyawa polar akan tertarik pada pelarut polar. Proses pendahuluannya adalah memisahkan komponen tidak tersabunkan dengan komponen tersabunkan melalui reaksi penyabunan menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai basa (Gustiani, 2008).

    Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak atau minyak dengan menggunakan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi saponifikasi. Jika minyak atau lemak disabunkan dengan larutan KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak (Ketaren, 1986).

    Sabun yang terbentuk dipisahkan secara ekstraksi menggunakan pelarut nonpolar n-heksana. Pelarut nonpolar ini akan menarik komponen yang tidak tersabunkan. Selanjutnya pelarut nonpolar ini diuapkan (68,742 oC) untuk mendapatkan residu berupa campuran dari komponen tidak tersabunkan dan sisa asam lemak (Gustiani, 2008)

    http://nitanium.blogspot.com/2012/07/analisis-komponen-tidak-tersabunkan.html

    BalasHapus